TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan, jadwal pemilihan kepala daerah (Pilkada) tak boleh diubah-ubah dan harus konsisten.
Ketua DPP PPP Achmad Baidowi mengatakan, putusan itu harus ditaati semua pihak.
“Sebagai sdbuah putusan MK kita taat konstitusi, ya harus dihormati dan harus dilaksanakan,” kata Baidowi saat dihubungu Tribunnews.com, Minggu (3/3/2024).
Dengan begitu, kata pria yang akrab disapa Awiek ini, pembahasan UU Pilkada yang bergulir di DPD seharusnya berhenti.
“Artinya tidak ada perubahan Undang-Undang. Ada pun proses penyusunan Undang-Undang hari ini terkait Undang-Undang Pilkada otomatis harus berhenti,” tandas Sekretaris Fraksi PPP DPR RI itu.
Untuk diketahui, berdasarkan UU Pilkada, Pemungutan suara Pilkada Serentak 2024 akan dilaksanakan pada 27 November 2024.
Sementara itu, wacana yang berkembang seiring revisi UU Pilkada, pemungutan suara Pilkada Serentak diusulkan untuk maju menjadi September 2024.
MK Tegas Jadwal Pilkada Tak Boleh Diubah, Harus Konsisten
Mahkamah Konstitusi (MK) menegaskan jadwal pemilihan kepala daerah (Pilkada) tak boleh diubah-ubah dan harus konsisten.
Pernyataan tersebut diamanatkan MK dalam Putusan Nomor 12/PUU-XXI/2024. Gugatan diajukan oleh dua mahasiswa, bernama Ahmad Al Farizy dan Nur Fauzi Ramadhan.
Pada dasarnya MK menolak, baik permohonan provisi dan pokok permohonan yang diajukan para Pemohon.
Namun, dalam pertimbangan hukum putusan ini, Hakim Konstitusi Daniel Yusmic P. Foekh menyampaikan agar jadwal Pilkada tidak diubah-ubah.
Hal itu penting dilakukan untuk menghindari adanya tumpang tindih tahapan-tahapan krusial pilkada serentak 2024 dengan tahapan pemilu 2024 yang belum selesai.
“Bahwa mengingat pentingnya tahapan penyelenggaraan pilkada yang ditentukan yang ternyata membawa implikasi terhadap makna keserentakan pilkada secara nasional, Mahkamah perlu menegaskan ihwal jadwal yang telah ditetapkan dalam Pasal 201 ayat (8) UU pilkada yang menyatakan, ‘pemungutan suara serentak nasional dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur, bupati, dan wakil bupati, serta walikota dan wakil walikota di seluruh wilayah negara kesatuan republik indonesia dilaksanakan pada bulan november 2024,” kata Daniel, dalam persidangan digedung MKRI, Jakarta Pusat, pada Kamis (29/2/2024).
“Oleh karena itu, pilkada harus dilakukan sesuai dengan jadwal dimaksud secara konsisten untuk menghindari adanya tumpang tindih tahapan-tahapan krusial pilkada serentak 2024 dengan tahapan pemilu 2024 yang belum selesai,” sambungnya.
Mahkamah menilai, mengubah jadwal pilkada akan dapat mengganggu dan mengancam konstitusionalitas penyelenggaraan pilkada serentak.
Sementara itu, dalam putusan yang sama, Mahkamah juga menegaskan agar Komisi Pemilihan Umum (KPU) mempersyaratkan bagi calon anggota DPR, anggota DPD, dan anggota DPRD terpilih yang mencalonkan diri sebagai kepala daerah untuk membuat surat pernyataan bersedia mengundurkan diri, jika telah dilantik secara resmi menjadi anggota DPR, anggota DPD, dan anggota DPRD apabila tetap mencalonkan diri sebagai kepala daerah.