Jakarta – Sekitar satu setengah bulan menuju Pemilu 2024, sejumlah lembaga telah mempublikasikan hasil survei elektabilitas partai politik menjelang Pemilu 2024. Hasilnya pun berbeda-beda meskipun masih dalam rentang angka margin error. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebagai salah satu peserta pemilu tak luput dari penilaian survei. Sejumlah lembaga survei memvonis PPP tidak lolos Parliamentary Threshold (PT).
Misalnya, Indikator Politik yang melakukan survey pada 23-24 Desember 2023, menggunakan Random Digit Dialing (RDD) terhadap 1.217 responden melalui telepon dengan margin of error + 2,9% menempatkan PPP pada angka 2,8%. Sementara CSIS menggelar survey pada 13-18 Desember 2023 menggunakan metode tatap muka terhadap 1.300 responden dengan margin of error + 2,7% menempatkan PPP pada angka 3,5%. Adapun Puspol Indonesia menggelar survey pada 11-18 Desember 2023 menggunakan metode tatap muka terhadap 1.220 responden dengan margin of error + 2,83% menempatkan PPP pada angka 4,1%.
Namun dari ketiga survei tersebut, angka undecided voters atau responden yang belum menentukan pilihan dengan alasan masih merahasiakan atau tidak tahu, masih cukup tinggi. Dalam survei Indikator Politik, sebanyak 15,1% responden belum menentukan pilihan. Dalam survey CSIS, sebanyak 12,3% belum menentukan sikap politik dan dalam survei Puspol Indonesia, ditemukan sebanyak 11,2% belum menentukan pilihan politiknya pada Pemilu 2024.
Melihat fakta sosial-politik tersebut maka peluang PPP untuk tetap berada di Senayan masih sangat besar. PPP bisa mendapatkan limpahan dari undecided voters yang bisa terbagi pilihan secara proporsional pada 14 Februari mendatang. Selain itu, dalam metode survey selalu ada angka margin of error, yakni batas toleransi kesalahan penghitungan. Dengan margin error tersebut memungkinkan hasil pemilu naik atau turun dibanding hasil survey.
Misalnya, dalam hasil survei Indikator Politik, PPP mendapatkan 2,8% dengan margin of error 2,9%. Maka sesungguhnya suara PPP sangat berpotensi pada angka 5,7%, yakni gabungan 2,8% + 2,9% dan di atas batas minimal 4%.
Begitupun hasil survei CSIS yang menempatkan PPP 3,5% dengan margin of error 2,7%. Sesungguhnya PPP berpotensi mendapatkan 6,1%. Begitupun dengan hasil survei Puspol Indonesia yang memotret PPP 4,1% dengan margin of error 2,83%, maka PPP berpulang mendapatkan 6,93%.
Kenapa demikian? sesuatu yang mustahil jika basis data PPP pada Indikator Politik 2,8% dikurangi margin of error 2,9%, akan menjadikan PPP – 0,1%. Sama mustahilnya dengan data CSIS bahwa PPP 3,5% dikurangi margin of error 2,7% sehingga suara PPP tinggal 0,8%. Termasuk mustahil juga data Puspol Indonesia untuk PPP 4,1% dikurangi margin of error 2,83% menjadi 1,33%.
Alasannya, dengan basis massa tradisional yang kuat, struktur yang kuat, caleg yang massif hampir tidak mungkin margin of error hasil survei akan mengurangi jumlah perolehan PPP. Hal inilah yang kemudian menjadi jawaban terhadap perbedaan hasil survey dengan hasil pemilu terkait kelolosan PPP ke parlemen. Misalnya, sebulan sebelum Pemilu 2019, bahkan PPP hanya dipotret 2,4% oleh salah satu Lembaga survei. Namun yang terjadi justru PPP mendapatkan 4,5% pada Pemilu 2019.
Jika mengacu pada hasil Pemilu 2019, perbandingan antara suara PPP dengan suara caleg sangat jauh berbeda. Dari sekitar 6,32 juta pemilih, yang memilih logo partai sekitar 1,62 juta atau 25%, sementara yang memilih caleg mencapai 4,69 juta atau 75%. Dengan data tersebut maka harapan PPP untuk lolos ke parlemen sangatlah besar.
Kolaborasi tiga kekuatan PPP, yakni struktur, kultur dan figur harus terus dilakukan secara massif hingga ke tingkatan paling bawah. Struktur, yakni keberadaan pengurus partai dari pusat hingga ke anak ranting (dusun). Kekuatan kultur, yakni dengan merawat basis pemilih tradisional sembari mencari tambahan dari basis pemilih baru. Terakhir kekuatan figur, yakni para pejuang dan tokoh PPP yang lama mengabdi di masyarakat harus didekati oleh para caleg untuk mendongkrak suara.
Selain itu, keputusan politik dengan mengusung pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD pada Pemilu 2024 harus mampu dimaksimalkan. Apalagi, cawapres Mahfud MD secara tegas bertekad bahwa PPP yang merupakan partai warisan ulama harus tetap bertahan di parlemen. Menko Polhukam RI ini bahkan akan turun tangan untuk turut membantu PPP dalam masa kampanye untuk bisa mendongkrak suara.
Mahfud MD bukanlah orang baru bagi PPP. Keluarga besarnya berasal dari kultur santri yang dekat dengan PPP. Di era kepemimpinan Buya Ismail Hasan Metareum, Mahfud MD turut terlibat memberikan sumbangsih pemikiran untuk PPP. Saat menjadi Menteri Pertahanan RI di era Presiden KH. Abdurrahman Wahid, Mahfud MD mendapatkan rekomendasi dari Ketua Umum PPP Hamzah Haz. Maka dari itu, siapapun yang hari ini meragukan PPP lolos ke parlemen sejatinya sedang melawan akal sehat politik dan patut dicurigai sebagai bagian dari anasir-anasir untuk mendegradasi PPP.
Achmad Baidowi, Wakil Ketua Bappilu Nasional PPP
Sumber: https://news.detik.com/kolom/d-7121959/modal-ppp-lolos-parliamentary-threshold-4