Selamat Datang di Website Resmi Dr. H. Achmad Baidowi, S.Sos., M.Si Sekretaris Fraksi PPP DPR RI Wakil Ketua Baleg DPR RI Ketua PP GMPI |

Ikuti Media Sosial:

Geliat Anak Muda PPP

Jakarta – Ada penilaian yang sering terdengar di publik bahwa Partai Persatuan Pembangunan (PPP) adalah partai identik dengan orang tua. Penilaian itu mungkin terjadi pada lima hingga sepuluh tahun lalu.

Namun, kalau melihat PPP hari ini penilaian tersebut akan berbalik 180 derajat. Ya, setidaknya PPP terus melakukan regenerasi dan kaderisasi untuk memunculkan tunas-tunas baru. PPP saat ini jadi tempat yang nyaman dan cocok bagi anak-anak muda.

Sejatinya, tampilnya politisi senior tidaklah salah, karena keberadaan mereka merupakan bagian dari kesejarahan PPP. Setidaknya di PPP terjadi berkolaborasi antara politisi senior dengan pendatang baru. Sebagaimana maqolah yang berlaku di pondok pesantren, al muhafadzah ‘ala al qadim al shalih, wa al akhdzu bi al jadid al ashlah. Artinya tetap memegang tradisi yang positif, dan mengimbangi dengan mengambil hal-hal baru yang positif.

PPP mempertahankan politisi senior dalam rangka menjaga tradisi politik warisan ulama dan merekrut anak-anak muda dalam konteks penyiapan generasi di masa mendatang.Geliat tampilnya anak muda di PPP terlihat dalam sejumlah kegiatan. Seperti yang terlihat pada Sabtu (5/8) di kantor DPP PPP, sekitar 50 anak muda yang berusia di bawah 30 tahun mengikuti pendidikan dan pelatihan komunikasi publik. Mereka mendapatkan asupan materi dari sejumlah pakar komunikasi dan praktisi. Tujuannya agar anak-anak muda itu memiliki bekal pengetahuan politik, cara berkomunikasi, dan pengelolaan media.

Pertengahan bulan lalu, mereka ini juga mengikuti kegiatan pelatihan juru kampanye nasional (jurkamnas) calon presiden Ganjar Pranowo di salah satu perkantoran di Jakarta. Di kedua event tersebut, mereka cukup aktif dan memiliki ketertarikan yang kuat terhadap PPP. Maklum, cara penyampaian materinya disesuaikan dengan gaya anak zaman now.

Sebelum itu, awal Juli 2023, Generasi Muda Pembangunan Indonesia (GMPI), salah satu organisasi kepemudaan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menggelar Pendidikan Kader Nasional (PKN) III. Acara yang berlangsung selama tiga hari tersebut diikuti anak-anak muda usia di bawah 35 tahun dari seluruh provinsi di Indonesia. Nah, para peserta terpilih kemudian diikutkan pendidikan dan pelatihan komunikasi publik.

Baca Juga:  PPP Pertanyakan Keseriusan Sandiaga Uno Bergabung

Siapa saja mereka? Ketika dilihat dari daftar riwayat hidupnya, mereka tidak semua berasal dari lingkungan keluarga besar PPP, namun mayoritas juga dari kalangan umum. Sebagian dari mereka pernah saya kumpulkan di Kawasan Jakarta Selatan untuk diajak sharing pendapat, dan mengenal lebih dekat.

Ternyata, di antara mereka masih ada yang sedang menyelesaikan studi di kampus. Sebagian besarnya tidak memiliki hubungan emosional dengan PPP. Tidak memiliki hubungan dengan keluarga PPP. Mayoritas mereka lahir di era reformasi. Maklum, jika mereka tidak banyak tahu tentang PPP.

Dari ‘kongkow’ itulah, saya banyak mendapatkan informasi baru mengenai kecenderungan anak muda. Mereka yang umumnya masuk generasi milennial (Y) dan Z, dalam kesehariannya tidak mau kaku ketika berinteraksi dan tidak mau didikte. Berhubungan dengan mereka lebih banyak sebagai teman berkeluh kesah. Mereka tidak suka dengan gaya komunikasi yang terkesan menggurui. Mereka secara perlahan tertarik ke politik karena dipengaruhi oleh komunitasnya. Meskipun tak pernah terlibat dalam politik praktis, mereka cukup kritis terhadap situasi sosial politik mutakhir.

Ketika ditanya tentang masalah utama negara ini, kompak mereka menjawab susahnya mencari kerja. Apalagi di antara mereka yang sudah lulus bangku kuliah tidak fanatik terhadap satu pekerjaan saja. Ketika dirasa kurang sesuai selera, mereka tidak segan untuk resign dari pekerjaannya.

Dari pengalaman masuk dan keluar lingkungan kerja itulah, mereka mengetahui betapa sulitnya mencari lapangan pekerjaan. Kelompok inilah yang nantinya akan mendominasi daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2024.

Sebagaimana dirilis Komisi Pemilihan Umum (KPU) bahwa DPT Pemilu 2024 sebanyak 204.807.222 orang (detik.com, 2 Juli 2023). Terdiri dari pemilih laki-laki sebanyak 102.218.503 orang dan pemilih perempuan sebanyak 102.588.719 orang.

Generasi milenial sebanyak 68.822.389 atau 33,60 persen pemilih. Selanjutnya, diikuti generasi X sebanyak 28,07 persen atau 57.486.482 orang. Generasi Z sendiri menempati urutan ketiga dengan jumlah 46.800.161 pemilih atau 22,85 persen. Selanjutnya persentase pemilih diikuti dengan generasi baby boomer sebanyak 28.127.340 atau 13,73 persen dan pre-boomer sebanyak 3.570.850 atau 1,74 persen.

Baca Juga:  PPP: Santri Garda Terdepan Mempertahankan dan Mengisi Kemerdekaan

Dari pemetaan sisi usia yang termasuk kategori pemilih muda adalah generasi milenial (Y) dengan generasi Z. Jika digabungkan jumlahnya sebanyak 115.622.550 atau 56,5 persen dari total jumlah DPT. Mereka lahir di era kecanggihan teknologi informasi. Kesehariannya selalu asyik dengan gadget, tidak mau ruwet dan cenderung asyik dengan dunianya sendiri.

Tingginya angka pemilih pada segmen dua kelompok ini sejalan dengan prediksi bahwa akan terjadi bonus demografi. Bagi partai politik, ceruk pemilih ini menjadi ladang pertempuran untuk bisa memaksimalkan dukungan. Beragam strategi untuk menggaet anak muda terus digalakkan.

Bagaimana peluang PPP? Dalam berbagai jajak pendapat lembaga survei, posisi PPP cukup lumayan. Setidaknya hasil dari Charta Politika (Mei 2023) suara PPP terpotret 4,1 persen dan survei Algoritma (Juni 2023) sebanyak 4 persen. Hanya saja dari survei yang ada tersebut, pemilih PPP masih didominasi oleh kalangan baby boomers. Tentu ini menjadi tantangan bagi PPP ke depan, khususnya bagi Badan Pemenangan Pemilu Nasional yang dipimpin Sandiaga Uno.

Hasil Rapimnas VI PPP juga memutuskan Sandiaga Uno sebagai bakal calon wakil presiden yang akan dipasangkan dengan Ganjar Pranowo. Elektabilitas Sandi cukup tinggi, yakni menyentuh level 12 persen dalam survei Algoritma. Sandi menempati urutan teratas hasil survei calon wakil presiden meninggalkan para pesaingnya. Dengan angka tersebut, seharusnya elektabilitas Sandi bisa berdampak terhadap elektabilitas PPP. Apalagi di kalangan anak muda dan emak-emak, popularitas Sandi masih cukup kuat.

PPP harus mampu mengikuti tren yang sedang diinginkan anak muda. Dari sejumlah jajak pendapat, ada dua isu besar yang menjadi konsentrasi publik, yakni tingginya harga sembako dan susahnya lapangan pekerjaan. Bagi kalangan emak-emak, isu tingginya harga sembako menjadi perhatian. Sementara bagi kalangan anak muda, susahnya lapangan pekerjaan menjadi isu kuat.

Dua isu publik ini harus mampu direspons oleh PPP dengan mengemasnya menjadi agenda perjuangan politik. Kedua isu itu harus dipadukan dengan identitas keislaman yang menjadi ciri PPP. Perpaduan antara identitas keislaman dengan gagasan ekonomi akan menjadikan PPP sebagai partai yang memiliki diferensiasi dengan parpol lain. Sosok Sandiaga Uno sebagai representasi pengusaha muda muslim menjadi jawaban kepedulian PPP dalam bidang ekonomi.

Baca Juga:  Politisi PPP Yakin Elektabilitas Ganjar Pranowo akan Mengungguli Prabowo Subianto jika Sudah Tentukan Cawapres

Kembali kepada urusan anak muda PPP, geliat mereka semakin terlihat. PPP memberikan ruang yang luas bagi mereka untuk berkreasi dan juga memberikan pemahaman tentang politik. Salah satunya melalui gerakan ‘Geen Action’, yang menyedot animo anak muda melalui beragam kegiatannya. Seperti pagelaran talkshow tentang pentingnya anak muda berpolitik. Gerakan ini juga mengunjungi Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) untuk memberikan pemahaman pentingnya pemindahan ibu kota negara dalam rangka pemerataan pembangunan.

Bahwa arah Pembangunan Presiden Joko Widodo tidak hanya Jawa Sentris namun juga berorientasi Indonesia Sentris. Maka memberikan pemahaman tentang keberlanjutan arah pembangunan kepada anak-anak muda sangatlah penting.

Selain itu, PPP juga mengaktifkan badan otonom partai sebagai sarana untuk menjaring talenta-talenta muda yang tidak tertampung dalam kepengurusan. Saat ini terdapat empat organisasi sayap PPP, yakni Gerakan Pemuda Ka’bah (GPK), Generasi Muda Pembangunan Indonesia (GMPI), Wanita Persatuan Pembangunan (WPP) dan Angkatan Muda Ka’bah (AMK). Keempat badan otonom ini sejatinya berfungsi sebagai kawah candradimuka pengkaderan PPP. Konsolidasi nasional keempat organisasi sayap kepemudaan tersebut terus berjalan. Melalui keaktifan organisasi sayap tersebut diharapkan menjadikan PPP tidak kekurangan stok calon pemimpin di masa mendatang.

Dengan bendera sayap kepemudaan maka akan lebih fleksibel untuk mendekati anak-anak muda. Tentunya, masing-masing memiliki diferensiasi gerakan. GPK lebih diarahkan untuk menggarap militansi kesatgasan, GMPI bergerak di bidang intelektual-akademik, WPP menggarap segmentasi Wanita, dan AMK bisa diarahkan kepada kepanduan dan kewirausahaan. Nah, jika elemen-eleman anak muda ini terus menggeliat maksimal, maka target 11 juta suara pada Pemilu 2024 bukanlah sesuatu yang mustahil. Semoga!

Achmad Baidowi, Wakil Ketua Bappilu DPP PPP

Sumber: https://news.detik.com/kolom/d-6860461/geliat-anak-muda-ppp

Berita Terbaru

Terpopuler

© 2016 - 2023 | achbaidowi.com