PAMEKASAN – Meningkatnya paham radikalisme agama yang menjadi salah satu pemicu maraknya aksi terorisme menjadi perhatian serius Achmad Baidowi, anggota Fraksi PPP MPR RI. Hal tersebut disampaikan dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR bersama Forum Komunikasi Mahasiswa Santri Banyuanyar (FKMSB) Wilayah Pamekasan, di Pandapa Budaya Pamekasan, Jum’at (18/12).
Hadir sebagai pembanding dalam diskusi tersebut, praktisi pendidikan Ismail Najihi dan Pendamping Masyarakat Pesisir H. Abdus Salam HS. Dalam paparanya, Baidowi mengaku prihatin atas maraknya aksi terorisme yang berlabel agama. Padahal, dia meyakini tidak ada agama manapun yang mengajarkan kekerasan.
“Yang sering menjadi justifikasi adalah kelompok garis keras. Implementasi gerakan radikalnya seringkali dilabeli atasnama agama,” kata Awiek, sapaan akrab Baidowi.
Untuk itulah, pihaknya mengajak angota FKMSB yang berasal dari berbagai kampus untuk aktif mengurangi radikalisme. Salah satunya melalui kegiatan dialog dan penanaman paham inklusif terhadap umat beragama. “Dengan langkah-langkah yang inklusif maka radikalisme atasnama agama diharapkan berkurang,” paparnya.
Sementara itu, Ismail Najihi menyatakan, peran Lembaga Pendidikan Islam sangat dibutuhkan dalam mencetak kader pemimpin umat. Melalui pendidikan, maka konsep Islam Rahmatan Lil’alamin bisa diimplementasikan. Karena itulah, pemahaman pendidik terhadap konsep Islam yang ramah sangat diperlukan.
“Jika para guru mampu menanamkan Islam Rahmatan Lil’Alamin kepada para siswa, saya yakin radikalisem agama akan berkurang,” ujar penggemar Inter Milan ini.
Sedangkan H. Abdus Salam HS menambahkan, pihaknya selalu aktif memberikan pemahaman untuk menolak masuknya paham radikalisme yang dapat merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat pesisir. Sebab, tidak menutup kemungkinan wilayah pesisir dapat menjadi salah satu pintu masuknya paham radikalisme sehingga masyarakatnya perlu dibentengi dengan kuat.
“Salah satu bentuk pencegahan yang kita lakukan dengan melakukan sosialisasi, karena wilayah pesisir tidak menutup kemungkinan menjadi pintu masuk yang dimanfaatkan paham-paham radikal. Apalagi di Madura ini banyak pelabuhan tikus yang tidak terpantau apparat, dan itu bisa dimanfaatkan oleh orang yang tak bertanggungjawab untuk membawa ajaran-ajaran radikal,”katanya.
Source : http://www.infomadura.com/2016/12/mahasiswa-diajak-perangi-radikalisme.html#